Jumat, 18 Mei 2007

Dari lohkarkarya Katekese Keuskupan Surabaya Tentukan Arah Gerakan Bersama Katekese

Bertempat di Sasana Krida Jatijejer, Trawas, Mojokerto, pada tanggal 3-6 Juli 2006 lalu, para katekis di wilayah Keuskupan Surabaya berkumpul. Mereka terdiri dari para katekis Keuskupan yang tergabung dalam Ikatan Katekis Keuskupan Surabaya, katekis paroki serta para katekis voluntir.
Lokakarya itu didasari dengan semangat untuk membangun karya katekese yang kontekstual serta dijiwai nilai-nilai SAGKI 2005. Terlebih berdasarkan hasil kuesioner yang dikumpulkan dari para peserta, mereka menyadari bahwa karya katekese sebagai karya pewartaan yang strategis, namun masih harus dikembangkan sesuai dengan jaman dan konteks di Keuskupan Surabaya.
Beberapa hal positif dalam karya katekese selama ini ialah: munculnya kesadaran untuk berkatese, munculnya kesadaran pembaharuan dalam katekese baik secara materi maupun metodologi, dan katekese yang berlangsung selama ini sungguh memperkuat iman. Namun ternyata, katekese selama ini hanya berkutat pada soal iman, dogma dan ajaran Gereja saja. Para peserta menyadari bahwa katekese mereka selama ini kurang menjawabi aneka permasalahan umat maupun kehidupan berbangsa.
Ketua Komisi Katekese Keuskupan Surabaya, Rm. DB. Karnan Ardiyanto, Pr mengatakan, katekese di Keuskupan Surabaya belum ditempatkan dalam kerangka hidup Gereja setempat atau belum jadi perhatian dibandingkan fungsi hidup Gereja yang lain. Ini karena, menurut imam kelahiran Kertosono, hidup beriman dan berjemaat di Keuskupan Surabaya masih terpusat pada ibadat. Artinya, ibadat menjadi kegiatan pokok bagi para pekerja pastoral di paroki dan stasi.
Selain itu, imam yang akrab di sapa Rm. Karnan ini mengatakan awam di Keuskupan Surabaya belum berfungsi maksimal secara struktural dan fungsional dalam Gereja. Dengan kata lain, gambaran Gereja Keuskupan Surabaya masih bersifat kultis dan hirarkis, inilah yang seharusnya menjadi tantangan bagi umat serta para katekis untuk memikirkan bagaimana mereka dapat menjadi agen pewartaan yang aktif. Tidak hanya itu, umat dan para katekis hendaknya menemukan sebuah peran yang tepat mengenai: apa yang dapat disumbangkan katekese, agar hidup beriman lebih menyentuh keseluruhan hidup jemaat sehingga hidup beragama itu kelihatan dalam hidup sehari-hari, pendekatan dan sikap kateketis mana yang harus ditempuh para pekerja pastoral di Keuskupan Surabaya, serta prioritas mana yang harus diberikan untuk karya katekese dalam situasi demikian.
Tim Steering Commite lokakarya yang terdiri dari para imam serta beberapa katekis Keuskupan Surabaya berdasarkan realitas yang ada mengajak para peserta untuk menemukan katekese yang kontekstual dan transformatif. Yaitu katekese yang menyentuh dan menyapa hidup jemaat serta ditempatkan dalam kerangka Gereja setempat agar dapat berfungsi dengan baik sebagai kegiatan gerejani. Melalui proses panjang berdiskusi kelompok, sharing dan debat, para peserta yang dikelompokkan menurut Regio masing-masing diajak untuk melihat perubahan baru yang ditemukan, hakekat katekese serta mencoba menentukan arah katekese Keuskupan Surabaya.
Pada hari ketiga, akhirnya seluruh peserta bernafas lega setelah berhasil menemukan visi atau apa yang dinamakan Arah Gerak Bersama Katekese Keuskupan Surabaya yaitu: Katekese yang membangkitkan, menggerakkan dan memampukan Umat Allah membangun keadaban publik baru bangsa dalam terang Injil. Sedangkan misi atau cara yang harus ditempuh untuk menghadapinya ialah dengan, meningkatkan mutu dan jumlah SDM, mengembangkan isi dan materi katekese yang kontekstual serta membangun jaringan kerjasama yang terpadu dan berkesinambungan dengan kelompok kategorial dan teritorial baik dalam institusi Gereja maupun non-Gereja.
Para peserta juga menemukan kekuatan yang menjadi pendorong mereka dalam karya katekese yaitu: potensi SDM, keuangan, kuantitas katekis yang bertambah, dialog dengan hirarki yang terbuka, solidaritas lintas agama, kerja tim, dukungan dewan paroki, kesadaran untuk membina diri serta adanya tim katekese di tiap paroki. Meskipun para peserta juga sadar akan adanya hambatan seperti: pamrih, krisis keteladanan, ketidaksetiaan pada panggilan, iman yang dangkal, mental budaya negatif, sulit menerima metode baru berkatekese, mental ber-liturgi saja sudah cukup, serta menurunnya spiritualitas, daya juang, minat di kalangan umat. Hal ini menjadi keprihatinan dan tantangan bagi para katekis di Keuskupan Surabaya untuk membangun jaringan, koordinasi dan kehendak untuk membina diri melalui pelatihan-pelatihan yang semestinya diupayakan oleh Keuskupan Surabaya, dalam hal ini Komisi Katekese.
Lokakarya Katekese Keuskupan Surabaya yang telah menentukan Arah Gerak Bersama Katekese Keuskupan Surabaya, yang berlangsung empat hari itu diakhiri dengan ekaristi yang dibawakan secara konselebrasi oleh tujuh imam praja yang hadir. Para peserta siap meneruskan hasil lokakarya ke regio atau paroki masing-masing. Semua itu demi terciptanya katekese yang lebih menyentuh dan menyapa jemaat di Keuskupan Surabaya.

Tidak ada komentar: